Setelah puas mengunjungi tempat-tempat bersejarah di kawasan Sultanahmet, saya masih belum puas menjelajahi peninggalan bersejarah di Istanbul. Saya memiliki interest yang tinggi terhadap budaya dan sejarah Byzantium semenjak membaca buku “Lost to the West : The Forgotten Byzantine Empire That Rescued Western Civilization” karya Lars Brownworth. Buku tersebut menjelaskan secara luas sejarah Kekaisaran Byzantium dan peranannnya dalam kebudayaan barat. Saya tertarik dengan tembok Theodosian yang telah melindungi kota Constantinople selama 9 abad dan hanya pernah dijebol dua kali sepanjang sejarah. Selain itu, tak jauh dari tembok pertahanan, terdapat juga gereja Chora atau Museum Chora yang masih memiliki mosaic indah peninggalan Byzantium.
Perjalanan menuju Chora Church memang cukup jauh dari Sultanahmet. Banyak turis yang melewatkan tempat ini karena letaknya yang jauh dan agak repot pergi ke sana. Sebenarnya pergi ke Chora Church tidaklah serumit yang dikatakan orang. Kita hanya perlu naik tram T1, turun di stasiun Topkapi, transfer ke tram T4, turun di stasiun Edirnekapi, berjalan selama 10 menit dan sampai deh kita di Chora Church. Chora Church terletak di dalam pemukiman penduduk, cukup sulit menemukannya memang, tapi kita hanya perlu bertanya kepada penduduk lokal dan mereka akan dengan ramah memberitahukan arah ke sana.
Chora Church atau Church of Holy Saviour in the Country awalnya dibangun di luar tembok yang didirikan Kaisar Constantine, sehingga gereja ini dinamakan Chora (desa). Namun, karena Kaisar Theodosius memperluas dan memperbesar tembok pertahanan, maka Chora Church akhirnya berada di dalam tembok pertahanan. Setelah Penaklukan Constantinople, Gereja ini kemudian dialihfungsikan menjadi mesjid dan karena ajaran Islam melarang gambar manusia dan binatang, semua mosaik dan lukisan di gereja ini ditutup dengan plester. Pada tahun 1953, mesjid ini dijadikan musium dan semua mosaik direstorasi.
Kita dapat melihat karya para seniman Byzantium pada zamannya yang terdapat pada tiga ruang utama gereja. Ketika memasuki gereja, kita akan disambut oleh lukisan Christ in the Land of Living yang populer itu. Saya sendiri sempat membeli icon dengan lukisan ini di Grand Bazaar. Ruang pertama yang pertama kita masuki adalah Exonarthex (ruang depan gereja) dan kita dapat melihat mosaik yang menceritakan kisah kelahiran dan mukjizat Yesus Kristus, Ketika kita berjalan ke ruang Esonarthex kita akan melihat mosaik kisah kehidupan Perawan Maria, mosaik Deesis, Kristus dengan Theodore Metochites sang donatur gereja ini, dan mosaik lainnya. Sayangnya pada saat saya berkunjung, ruang naos (ruang utama gereja) sedang ditutup untuk proses perawatan.
Setelah mengunjungi Chora Church, saya kembali berjalan menuju stasiun Edirnekapi, tapi sebelum pulang saya menyempatkan diri untuk mengunjungi tembok pertahanan Theodosian yang terkenal itu. Tembok pertahanan Theodosian adalah tembok yang dibangun Kaisar Theodosius untuk mengamankan Constantinople dari serangan musuh-musuhnya. Tembok pertahanan ini sangat kuat dan ampuh menangkal serangan musuh-musuh Kekaisaran selama 9 abad. Bangsa Avars, Arab, Rus(nenek moyang bangsa Rusia) pernah menjajal ketangguhan tembok ini dan gagal. Attila the Hun yang sukses memporak-porandakan Kekaisaran Romawi Barat pun memutar balik dan tidak jadi menyerang Konstantinople setelah melihat tembok ini. Tembok ini dulunya mengelilingi kota Konstantinople baik di bagian darat atau pun laut, menjadikannya sulit ditembus oleh pasukan musuh. Ketika penemuan meriam, tembok ini pun masi tangguh menjaga Constantinople. Sayangnya, Kekaisaran Byzantium yang melemah akibat perang terus menerus melawan bangsa Persia dan Arab, akhirnya harus takluk di tangan para prajurit Perang Salib ke 4 dan untuk pertama kalinya tembok pertahanan ini gagal melindungi kota Konstantinople. Setelah para prajurit Perang Salib diusir oleh penerus Kekaisaran Byzantium, tembok ini pun dijajal oleh penyerang berikutnya yaitu bangsa Turki Ottoman yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II. Kekaisaran Byzantium yang lemah,kurangnya bantuan dari Eropa, serta meriam besar Ottoman akhirnya meruntuhkan pertahanan tembok ini. Kekaisaran Byzantium yang usianya sudah lebih dari satu milenia itu pun runtuh dan digantikan oleh Kesultanan Ottoman.
Ketika sampai di bagian tembok pertahanan yang letaknya tak jauh dari Chora Church, saya merasa takjub dengan desain dan kekuatan tembok ini. Tembok panjang yang membentang seolah membelah kota dengan jangkauannya. Tembok ini hanya merupakan sebagian dari seluruh bagian tembok yang mengelilingi kota Constantinople. Kita dapat dengan bebas menaiki tembok ini, tentu saja kita harus berhati-hati karena tangganya cukup terjal dan tidak ada pegangan.Setelah sampai di atas tembok kita dapat melihat kota Istanbul dan bangunan- bangunan perumahan di sekitarnya.Pikiran saya pun melayang jauh ke masa lalu ketika tembok ini dipenuhi oleh para prajurit Kekaisaran Byzantium yang berjaga-jaga. Sampai sekarang pun tembok saksi kekuatan dan peperangan di masa lalu ini tetap berdiri dengan kokoh mengawal Istanbul.
Things you should not miss : All the mosaics in Chora Church dan naik ke atas Theodosian Wall
Entrance Ticket : 15 Lira ( gratis jika menggunakan Istanbul Museum Pass)
Opening Hours : 09:00-19:00 buka setiap hari kecuali hari Rabu
How to get there :
– Chora Church dapat dicapai dengan Tram (T1) turun di Stasiun Topkapi dan transfer ke Tram (T4) ke stasiun Edirnekapi. Dari Stasiun Edirnekapi tinggal berjalan 10 menit menuju Chora Church.
– Theodosian Wall dapat dicapai setelah sampai di Stasiun Edirnekapi. You won’t miss it.
[…] seperti Bunda Maria dan Kanak-Kanak Yesus di Hagia Sophia, atau jika anda sempat mampir ke Chora Church, mosaik-mosaik indah berwarna keemasan masih menghiasi gereja Byzantium yang kini telah berubah […]