Hippodrome atau arena pacuan kuda Romawi di Istanbul? Saya pun membayangkan suatu arena besar dengan skala besar seperti Colloseum di film Gladiator-nya Russel Crowe. Kumpulan orang yg berseru mendukung kereta kuda jagoan mereka, para bangsawan Romawi dengan toga putih duduk sambil bercakap-cakap dengan sesama mereka, Kereta-kereta kuda yang berpacu di atas arena berdebu coklat dan segala hiruk pikuk kemegahan Romawi yang penuh dengan nuansa duniawi. Ketika saya sampai disana setelah berjalan kaki 10 menit dari Hagia Sophia, saya nyaris tidak percaya kalau saya sudah sampai di Hippodrome.
Hippodrome atau arena pacuan kuda di zaman Romawi lazim ditemukan di pusat- pusat kebudayaan Romawi kuno seperti di Italia, Yunani, Afrika dan tentu saja Turki. Bangsa Romawi selain gemar akan hiburan ala gladiator dan drama, mereka juga menyukai pacuan kuda (mungkin seperti kita yang suka nonton balap mobil di zaman sekarang). Para penguasa Romawi membangun Hippodrome sebagai sarana hiburan bagi mereka dan juga rakyatnya. Hippodrome Istanbul dibangun oleh Kaisar Septimius Severus dan diperbesar oleh Kaisar Romawi Kristen pertama yaitu Constantine Agung.Hippodrome berbentuk huruf U besar dan memiliki tribun khusus untuk Kaisar dan keluarganya. Hippodrome juga merupakan tempat dimana rakyat dapat membicarakan mengenai politik terhadap sesamanya dan kadang kepada Kaisar. Pada bagian Spina (tengah lapangan) terdapat patung-patung dan beberapa monumen yang didirikan oleh para kaisar. Monumen- monumen tersebut menambah megah arena pacuan kuda yang dapat memuat 100 ribu orang ini. Sayangnya segala kemegahan ini hanya ada di masa lalu, yaitu di masa Kekaisaran Romawi dan Byzantium.Kekaisaran Byzantium semakin tertekan oleh kekuatan baru dari timur, yaitu Bangsa Turki. Perang Salib ke 4 yang salah sasaran pun semakin membuat Kekaisaran Byzantium terpuruk. Para prajurit Perang Salib bahkan menjarah kota Konstantinople dengan luar biasa.Monumen- monumen di Hippodrome pun tak luput dari sasaran, salah satunya adalah 4 kuda tembaga yang sekarang ada di Gereja St Mark, Venesia. Setelah jatuhnya Kekaisaran Byzantium, Kesultanan Ottoman yang menggantikannya tidak menyukai pacuan kuda, sehingga Hippodrome terlantar dan dibiarkan begitu saja.
Ketika saya sampai di Hippodrome, saya hanya dapat melihat beberapat tugu monumen yang berdiri diatas taman luas berlantaikan marmer. Tidak ada lagi tanda- tanda kalau tempat ini dulu adalah arena pacuan kuda dengan hingar bingarnya. Semua itu berganti dengan anak-anak muda yang bercengkrama di bangku taman, turis-turis yang mengikuti arahan pemandu wisata menuju satu monumen ke monumen lain, penjual Simit yang sibuk menjual dagangannya. Saya pun segera menuju monumen pertama yaitu, Tiang Ular ( Serpent’s Column). Monumen yang aslinya berada di Kuil Apollo di Delphi ini dibangun oleh Bangsa Yunani untuk memperingati kemenangannya atas Bangsa Persia pada pertempuran Plateia (inget pertarungan terakhir di film 300?). Monumen ini dipindahkan atas perintah Kaisar Constantine untuk menghias Hippodrome kebanggaanya. Selain Tiang Ular, ada juga monumen lain yang asalnya bukan dari Constantinople yaitu Obelisk Thutmose III yang dibawa dari Kuil Karnak di Mesir. Obelisk ini sudah berumur 3500 tahun namun masih terlihat baru. Monumen terakhir yang masih berdiri di Hippodrome adalah Walled Obelisk yang dibangun oleh Kaisar Constantine Porphyrogenitus. Aslinya, Walled Obelisk dilapisi oleh lempengan tembaga yang membuatnya terlihat mengkilat-kilat namun sayang monumen ini juga menjadi sasaran jarahan. Para prajurit Perang Salib ke 4 melepaskan lempengan-lempengan tembaga tersebut dan meleburnya. Nasib lempengan tembaga tersebut tidak lagi diketahui dimana rimbanya. Sungguh miris rasanya…
Setelah mengamati semua monumen tersebut,saya membeli sebuah simit dan duduk di bangku taman. Saya berpikir apa mungkin di bawah tempat saya berdiri ini masih tertinggal fondasi dari Hippodrome ini?Pertanyaan saya pun terjawab oleh tour guide yang kebetulan sedang menjelaskan sejarah Hippodrome. Tour guide ini menjelaskan kalau bagian asli dari hippodrome masih tersisa sedikit yaitu bagian tribun yg terletak pada lengkungan Hippodrome (Hippodrome berbentuk huruf U) dan kemungkinan besar sisanya yang lain masih terkubur di bawah tempat kita berdiri saat itu.
Setelah puas menikmati suasana senja di Hippodrome, saya pun beranjak pulang menuju Cheers Hostel, tak jauh dari Basilica Cistern,saya melewati sebuah pilar yang bernama Milion. Ternyata pilar ini adalah satu-satunya yang tersisa dari Milion ( Pusat Pengukur Jarak). Milion berfungsi sebagai poros penentuan jarak dari semua kota yang berada di Kekaisaran Byzantium. Walaupun hanya tersisa sebuah pilar, Milion tetap menjadi daya tarik para turis yang banyak berfoto dengannya. Ah puas rasanya belajar sejarah Byzantium hari ini..dengan hati senang dan kaki yang pegal saya pun beranjak pulang sambil menanti apa yang akan Istanbul tawarkan di esok hari.
Things you should not miss : Serpentine Column, Obelisk of Thutmose III, Walled Obelisk, Milion,sisa reruntuhan tribun lengkung.
Entrance Ticket : gratis
Opening Hours : 24 jam ( datanglah pada saat sore atau pagi, belilah sebuah simit dan duduklah santai disana)
How to get there : Hippodrome (Sultanahmet Meydani) terletak di sebelah Blue Mosque dan bisa dicapai dengan Tram I Baciglar – Kabatas turun di Stasiun Sultanahmet dan jalan kaki 2 menit saja.